Pesona Batik Dahon dari Pangandaran: Warna Alam dalam Genggaman Fashion Modern

Jabar Tourism
2 minute read
0

Kegiatan Workshop di Ecoprint Batik Dahon (sumber : facebook/Dede Diaz Abdurahman)

Jika biasanya batik dikenal dengan motif-motif klasik yang kaya makna budaya, Pangandaran menghadirkan sesuatu yang berbeda namun tetap memikat. Sebuah sentuhan alami dalam dunia fesyen yang dikenal dengan nama Batik Dahon—karya yang lahir dari kreativitas lokal menggunakan teknik ecoprint atau cetak alam. Proses pembuatannya memanfaatkan daun, bunga, serat, dan ranting sebagai pewarna dan pola, menciptakan motif unik yang tak hanya cantik, tapi juga ramah lingkungan.


Kehadiran Batik Dahon di tengah geliat industri kreatif menjadi daya tarik tersendiri, khususnya bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Pangandaran. Tepatnya di Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, seni batik berbasis alam ini telah berkembang menjadi usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang tidak hanya memproduksi, tetapi juga membuka pintu bagi siapa saja yang ingin menyaksikan langsung proses pembuatannya.


Tak sekadar karya, Batik Dahon juga tampil sebagai bagian dari gaya hidup. Mulai dari kain katun primisima dengan harga Rp 350.000, kain dobby seharga Rp 400.000, hingga berbagai aksesori seperti pashmina, hijab, iket, topi, dan pouch yang dijual dengan harga variatif dan terjangkau. Bahkan sepatu kulit dan kanvas, kaus, serta tas dari bahan goni pun menjadi bagian dari koleksi yang ditawarkan. Semuanya dihiasi motif khas alam yang artistik dan penuh karakter.


Bagi wisatawan yang ingin merasakan langsung pengalaman membuat Batik Dahon, tersedia pula berbagai kelas workshop. Asep, pelaku utama di balik batik ini, membuka pelatihan mulai dari Rp 100.000 tergantung jenis teknik yang dipelajari. Mulai dari teknik pounding, teknik dasar, lanjutan, hingga metode melukis kain dengan pewarna alami. Bahkan, anak-anak usia PAUD pun bisa ikut mencoba teknik mewarnai sederhana—menjadikan kegiatan ini sebagai wisata edukatif yang menarik untuk semua usia.


Meski berangkat dari desa, pemasaran Batik Dahon telah merambah dunia digital. Asep mengandalkan platform e-commerce untuk menjangkau pelanggan dari berbagai penjuru. Tak hanya itu, galeri sekaligus lokasi workshop pun tersedia di Jalan Raya Cijulang No. 22, Dusun Balengbeng. Bahkan, produk-produk Batik Dahon bisa ditemukan di outlet kecil di Hotel Arnawa dan Hotel Horison Palma, Pangandaran.


Yang menarik, kiprah Batik Dahon tak hanya menggema di pasar lokal. Karya-karya ini sudah menembus pasar mancanegara. Batik asal Pangandaran ini telah diekspor ke berbagai negara seperti Belanda, Thailand, hingga Hong Kong. Untuk pasar domestik, pesanan berdatangan dari kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Palembang, Makassar, hingga Semarang. Wisatawan pun tak sedikit yang datang langsung ke galeri saat berlibur, menjadikan Batik Dahon bukan hanya oleh-oleh, tapi juga kenangan yang berharga.


"Memang ekspor belum dalam jumlah besar, biasanya maksimal 100 produk dalam sekali pengiriman," ujar Asep. Ia menyebutkan bahwa kain batik dan tas berbahan goni merupakan produk yang paling diminati di pasar internasional.


Melalui inovasi berbasis alam, Batik Dahon membuktikan bahwa kekayaan budaya lokal bisa tampil memukau dalam dunia fesyen modern. Tak hanya mengangkat potensi daerah, tetapi juga menjadi inspirasi bahwa harmoni dengan alam bisa dimulai dari selembar kain yang penuh makna.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)
April 22, 2025