![]() |
Peresmian Dana Indonesiana (sumber : Kementerian Kebudayaan) |
Di tengah derasnya arus globalisasi, budaya lokal sering kali terpinggirkan—perlahan dilupakan, bahkan oleh generasi pewarisnya sendiri. Namun, di balik tantangan itu, harapan tetap menyala. Pemerintah, melalui Kementerian Kebudayaan, kembali meluncurkan program yang dinantikan banyak pegiat seni dan budaya: Dana Indonesiana. Dengan skema baru yang lebih inklusif, program ini tak sekadar hadir sebagai bantuan dana, melainkan sebagai pemantik semangat untuk menjaga nyala budaya di seluruh penjuru negeri.
Bayangkan potensi besar yang bisa lahir dari tangan-tangan seniman, komunitas tradisi, hingga penggerak budaya kontemporer jika mereka memiliki dukungan yang layak. Lewat program Dana Indonesiana periode 2025–2026, mereka kini diberi ruang lebih luas untuk bergerak, berkreasi, dan merawat identitas budaya Indonesia yang begitu kaya. Ini bukan hanya tentang pelestarian warisan, tetapi tentang menghidupkan kembali cerita, suara, dan warna Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Fadli Zon Buka Kembali Dana Indonesiana dengan Wajah Baru
Menteri Kebudayaan Fadli Zon resmi membuka kembali Dana Indonesiana untuk periode 2025–2026. Tak sekadar mengulang program yang lalu, kali ini Dana Indonesiana hadir dengan wajah baru: lebih inklusif, lebih transparan, dan menjangkau lebih banyak pelaku budaya.
“Kami membuka Dana Indonesiana dengan skema yang dirancang lebih terbuka agar bisa dinikmati lebih luas,” ujar Fadli Zon saat ditemui di Jakarta, Senin.
Program ini digelontorkan dengan dana sebesar Rp465 miliar, bagian dari total dana abadi kebudayaan yang mencapai Rp5 triliun. Anggaran tersebut ditujukan bagi individu, komunitas, organisasi, hingga pegiat seni dari berbagai latar belakang—baik yang menekuni tradisi maupun budaya kontemporer. Tak ada sekat atau batasan genre; selama karyanya berdampak dan berakar pada kebudayaan, semua memiliki peluang yang sama.
Fadli menekankan bahwa distribusi dana akan dilakukan secara terbuka, dan pengelolaannya melibatkan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Sinergi ini diharapkan mampu membangun ekosistem budaya yang kuat, termasuk dengan mendorong kerja sama antara sektor publik dan swasta.
Mendekatkan Program ke Seluruh Penjuru Negeri
Agar tak hanya berputar di pusat, Kementerian Kebudayaan memanfaatkan jaringan Balai Pelestarian Kebudayaan yang tersebar di 23 provinsi. Mereka akan menjadi garda terdepan dalam promosi dan sosialisasi program ini, didukung pula oleh penyebaran informasi melalui berbagai kanal media sosial. Harapannya, pegiat budaya dari pelosok pun punya akses yang sama dengan mereka yang berada di kota besar.
Apa Saja yang Didukung Dana Indonesiana?
Dana Indonesiana tak hanya mendukung kegiatan seni semata, tetapi juga mencakup berbagai layanan kebudayaan. Mulai dari fasilitasi program budaya untuk komunitas, produksi kegiatan budaya, hingga media dan program lain yang sudah aktif setidaknya dua tahun terakhir. Ini menjadi bentuk pengakuan terhadap konsistensi dan dedikasi pelaku budaya yang selama ini bekerja dalam senyap.
Cara Mendaftar Dana Indonesiana
Bagi yang tertarik, proses pendaftaran bisa dilakukan secara daring melalui situs resmi: danaindonesiana.kemenbud.go.id. Tahap awal dimulai dengan pengajuan proposal dan dokumen pendukung sesuai kategori:
- Individu: proposal kegiatan dan RAB, NPWP, KTP, KK, serta surat domisili.
- Komunitas: selain dokumen di atas, perlu menyertakan akta pendirian dalam bentuk digital.
- Lembaga: wajib melampirkan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM dalam bentuk salinan elektronik.
Menjaga Nyala Budaya Lewat Akses yang Adil
Lewat Dana Indonesiana, pemerintah ingin memastikan bahwa kebudayaan bukan hanya milik masa lalu, tapi juga masa depan. Bukan hanya untuk yang memiliki akses, tapi juga untuk mereka yang berada jauh dari pusat perhatian. Inisiatif ini menjadi jembatan agar setiap ekspresi budaya, dari yang kuno hingga kekinian, bisa tetap tumbuh subur di tanah air sendiri.
Apakah ini akan menjadi babak baru bagi kebangkitan budaya Indonesia? Semuanya kembali pada para pelaku budaya. Kini, mereka memiliki panggung dan dukungan—tinggal bagaimana mereka menghidupkan kembali cerita-cerita lama dengan cara yang baru. Siapkah kamu jadi bagian dari gerakan ini?