Menikmati Eksotisme Pangandaran Lewat Legenda Batu Hiu yang Menawan

Jabar Tourism
3 minute read
0

Pantai Batu Hiu Pangandaran (sumber: pinterest)

Kabupaten Pangandaran memang tak pernah gagal memikat para pencinta wisata alam. Terletak di pesisir selatan Jawa Barat, daerah ini menawarkan bentang alam yang kaya—mulai dari pantai berpasir hitam hingga tebing karang yang dramatis, dari hutan hijau yang sejuk hingga kehidupan bawah laut yang menggoda untuk diselami. Tak hanya menyuguhkan panorama yang menghipnotis, Pangandaran juga menyimpan cerita-cerita lama yang hidup di tengah masyarakat dan menjelma menjadi daya tarik tersendiri.


Salah satu tempat yang patut Anda kunjungi ketika berada di Pangandaran adalah Batu Hiu, sebuah pantai cadas yang menyuguhkan pemandangan laut lepas dengan nuansa mistis dan keindahan yang tidak biasa. Bukan sekadar pantai, Batu Hiu adalah pertemuan antara kekuatan alam dan kisah rakyat yang mengakar. Di sinilah laut berbicara lewat ombaknya, dan batuan tua berbisik lewat bentuknya yang tak lazim.


Berada di Desa Ciliang, Kecamatan Parigi, Batu Hiu bisa dicapai dengan perjalanan sekitar 30 hingga 45 menit dari pusat wisata Pantai Pangandaran. Jalan menuju lokasi sudah cukup bersahabat dengan banyak penunjuk arah, jadi Anda tak perlu khawatir tersesat. Bahkan jika menggunakan kendaraan umum, Anda cukup turun di Parigi dan melanjutkan perjalanan dengan ojek sekitar sepuluh menit saja.


Batu Hiu bukanlah pantai untuk berenang atau berselancar. Ombaknya keras, cadasnya tajam, dan pesonanya tidak datang dari aktivitas laut biasa, melainkan dari keteduhan pemandangan dan legenda yang mengitarinya. Laut biru membentang sejauh mata memandang, dan garis cakrawala seolah menyatu dengan langit, menghadirkan perasaan damai yang menenangkan.


Panorama Alam dan Jejak Kehidupan

Jika Anda berjalan menyusuri jalur setapak di tepi pantai ini, Anda akan mendapati pemandangan yang membuat langkah terhenti: tebing-tebing batu berlapis horizontal yang terbentuk dari sedimentasi selama ribuan tahun. Proses alamiah itu telah mengukir lekukan-lekukan indah yang kini menjadi daya tarik utama Batu Hiu. Di sisi kanan-kiri jalan, tanaman pandan wong tumbuh menjulang. Tanaman ini bukan hanya pelengkap visual, melainkan juga bagian dari kehidupan masyarakat sekitar. Daunnya sering dimanfaatkan untuk kerajinan anyaman, yang menjadi sumber ekonomi warga Pangandaran.


Tak jauh dari tebing, berdiri sebuah batu karang besar di tengah laut. Dahulu, bentuknya menyerupai sirip hiu—dari sanalah nama Batu Hiu berasal. Kini, bentuk itu perlahan terkikis oleh waktu dan hempasan ombak pantai selatan yang terkenal garang. Meski bentuk hiunya tak lagi kentara, daya tarik dan misteri batu tersebut tetap hidup dan mengundang.


Legenda yang Hidup Bersama Alam

Nama "Batu Hiu" tidak hanya hadir karena bentuk fisik karang semata, tetapi juga karena cerita rakyat yang menyertainya. Konon, batu ini terkait dengan kisah Sembah Genter Oder, Sembah Galuh Oder, dan Sembah Galunggung Kuning—tokoh-tokoh legendaris yang dipercaya sebagai bagian dari sejarah sakral daerah ini. Cerita tersebut diwariskan dari generasi ke generasi, dan menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat setempat.


Tidak jauh dari Batu Hiu juga terdapat kawasan konservasi penyu. Meski keberadaannya tidak selalu terlihat—karena penyu memiliki siklus berkembang biak yang lambat—kehadiran tempat konservasi ini menjadi bukti komitmen masyarakat dan pemerintah dalam menjaga kelestarian lingkungan.


Pantai Batu Hiu bukan hanya tempat wisata, melainkan ruang refleksi yang membawa kita menyatu dengan alam dan sejarah. Ia menawarkan ketenangan lewat deru ombak, keindahan dari bentuk-bentuk alam yang tak lazim, dan kehangatan dari cerita rakyat yang terus hidup dalam bisikan angin laut.


Bagi siapa pun yang menginginkan pelarian sejenak dari hiruk-pikuk kota dan ingin merasakan keajaiban Pangandaran yang otentik, Batu Hiu adalah jawabannya—sebuah legenda yang terukir di tepi samudra.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)
May 29, 2025