Menyusuri Ragam Kuliner Kuningan : Cita Rasa yang Mengikat Lidah dari Hucap

Jabar Tourism
3 minute read
0

Hucap Kuningan (sumber : indonesiakaya)

Jawa Barat bukan hanya soal keindahan alam yang memesona atau budaya Sunda yang hangat dan ramah. Di balik hijaunya pegunungan dan hiruk pikuk pasar tradisionalnya, daerah ini menyimpan kekayaan rasa yang begitu luas dalam ragam kulinernya. Mulai dari sajian berat yang menggugah selera seperti nasi tutug oncom dan empal gentong, hingga camilan manis seperti colenak atau serabi, semuanya punya keunikan yang tak hanya memanjakan lidah, tapi juga membangkitkan kenangan masa kecil bagi banyak orang. Setiap kota dan kabupaten di Jawa Barat seolah punya identitas kulinernya sendiri yang membuatnya layak untuk dijelajahi satu per satu.


Salah satu yang menarik dan mungkin belum banyak dikenal luas adalah hucap, sajian sarapan khas dari Kuningan. Namanya memang terdengar sederhana—perpaduan dari "tahu" dan "kecap". Tapi jangan buru-buru menyimpulkan, karena seporsi hucap lebih dari sekadar tahu goreng yang dicocol kecap manis. Ada filosofi rasa dan kesederhanaan yang berpadu harmonis dalam satu piringnya. Makanan ini bukan cuma soal kenyang, tapi juga cerita tentang tradisi, tangan-tangan terampil yang meracik bumbu, dan cinta dari dapur masyarakat Kuningan sejak puluhan tahun lalu.


Sarapan Pagi Penuh Cita Rasa Hucap dari Kuningan

Pagi hari di Kuningan mungkin terasa seperti pagi di banyak kota kecil lainnya: udara sejuk, aktivitas warga yang baru dimulai, dan aroma makanan yang menyeruak dari warung-warung sederhana di pinggir jalan. Tapi ada satu sajian yang seolah menjadi favorit hampir semua kalangan—hucap.


Sekilas, hucap terdengar seperti kupat tahu biasa. Tapi begitu mencicipinya, Anda akan paham bahwa sajian ini punya karakter tersendiri. Hucap terdiri dari potongan tahu goreng dan ketupat yang disiram dengan saus kacang kental serta kecap manis. Bedanya, hucap tidak dilengkapi dengan taoge, bihun, atau daun seledri seperti pada ketoprak Jakarta atau kupat tahu Magelang. Kesederhanaan komposisinya justru jadi kekuatan utama.


Tahu yang digunakan bukan tahu sembarangan. Tahu Kuningan dikenal memiliki tekstur yang lebih padat, tidak mudah hancur, dan bebas rasa asam. Begitu digoreng, potongannya ditata rapi bersama ketupat yang sudah direbus dalam air merang—memberikan warna cokelat kehitaman yang khas. Ketupat ini bukan hanya sekadar pelengkap, tapi juga memberi kesan aroma rempah yang halus sejak suapan pertama.


Saus kacangnya pun dibuat dengan cara yang khas. Masih terasa kasar, dengan potongan kacang tanah yang menyempil di tiap sendokannya. Rasa manis gurih yang kuat hadir dari perpaduan cabai merah, bawang putih, gula Jawa, garam, dan sedikit bumbu fermentasi tradisional. Setelah saus disiramkan, sepiring hucap biasanya ditaburi bawang goreng dan dinikmati bersama kerupuk mie atau kerupuk putih—yang menambah renyahnya tekstur di tengah kelembutan tahu dan ketupat.


Hucap Ma Iroh: Legenda Kuliner yang Tak Lekang Waktu

Bicara tentang hucap, nama Ma Iroh tak bisa dilewatkan. Dialah sosok di balik warung legendaris Hucap Ma Iroh, yang sudah berjualan sejak 1985 di sekitar alun-alun Kuningan. Mulanya, hanya warga sekitar yang datang untuk menyantap sepiring hucap hangat buatannya. Tapi seiring waktu, warung kecil ini mulai ramai disambangi wisatawan, bahkan sejumlah tokoh publik pun menyempatkan diri mampir jika berkunjung ke Kuningan.


Popularitasnya membuat Ma Iroh pindah ke tempat yang lebih luas di Jl. Dewi Sartika. Hingga kini, warung itu tetap buka setiap hari dari pukul 7 pagi hingga 6 sore. Dengan harga sekitar lima belas ribu rupiah, kita bisa mendapatkan sepiring hucap penuh rasa dan kenangan. Dalam sehari, warung ini bisa menjual hingga 400 porsi. Tapi ketika akhir pekan atau musim liburan datang, angka itu bisa melonjak hingga 1.000 porsi per hari.


Yang luar biasa, menurut pelanggan setianya, rasa hucap Ma Iroh tidak pernah berubah sejak dulu. Konsistensi itulah yang menjadikannya legenda. Seperti rasa dari kampung halaman yang selalu dirindukan, hucap Ma Iroh hadir sebagai pengingat bahwa kelezatan sejati tak perlu mewah atau rumit—cukup jujur, hangat, dan sepenuh hati.


Kuliner Jawa Barat memang tak ada habisnya untuk dijelajahi. Dari sajian berat hingga camilan sederhana, semuanya membawa cerita masing-masing. Hucap dari Kuningan adalah bukti bahwa makanan bisa menjadi jembatan antara tradisi dan rasa, antara generasi dulu dan kini. Dan bila suatu hari Anda menginjakkan kaki di Kuningan, jangan lupa sempatkan diri mampir menikmati sepiring hucap—karena di sanalah, Anda akan tahu bagaimana sederhananya rasa bisa membuat kita jatuh cinta.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)
June 20, 2025