Candi Bojongmenje: Menyingkap Jejak Tertua Peradaban Hindu di Tanah Parahyangan

Jabar Tourism
0

Candi Bojongmenje (sumber : pinterest/Yacob Wijaya)

Di balik riuhnya kawasan Rancaekek yang kian padat oleh industri dan pemukiman, tersimpan sepotong kisah masa lalu yang nyaris terlupakan. Di sebuah sudut sunyi Kampung Bojongmenje, Desa Cangkuang, Kabupaten Bandung, berdiri bisu sebuah situs purbakala yang menjadi saksi senyap awal mula peradaban Hindu di Tatar Sunda: Candi Bojongmenje.


Situs ini tak seperti Candi Borobudur yang megah atau Prambanan yang penuh ukiran artistik. Yang tersisa di Bojongmenje hanyalah batuan andesit yang tersebar—sebagian telah disusun kembali membentuk struktur dasar yang mengisyaratkan keberadaan sebuah bangunan suci di masa silam. Namun dari kesederhanaan itulah, justru Candi Bojongmenje menyimpan keistimewaannya sendiri.


Penemuan situs ini pada tanggal 18 Agustus 2002 sempat menghebohkan dunia arkeologi lokal. Tim dari Dinas  Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, bersama Balai Arkeologi Bandung dan tim dari Kabupaten Bandung, segera turun tangan. Serangkaian ekskavasi pun dilakukan untuk mengangkat serpihan sejarah yang tertimbun tanah selama berabad-abad.


Hasil penggalian menampilkan fondasi yang masih utuh pada bagian kaki candi. Meski bentuk keseluruhan bangunan belum sepenuhnya bisa direkonstruksi, dugaan awal mengarah pada struktur berdenah bujur sangkar dengan panjang sisi sekitar enam meter. Bangunannya polos, tanpa ukiran maupun relief. Dinding hanya tersusun dari satu lapisan batu. Sederhana, namun menyimpan makna besar—pertanda bahwa peradaban yang melahirkan candi ini belum berkembang sekompleks era Prambanan maupun Borobudur.


Dari berbagai temuan arkeologis yang kemudian diteliti lebih lanjut—termasuk batuan yang dikirim ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) di Serang—diketahui bahwa Candi Bojongmenje bukan sekadar struktur parsial. Ia dulunya memiliki kaki, tubuh, dan atap, layaknya candi utuh lainnya. Usianya pun mengejutkan: diperkirakan berasal dari abad ke-7 hingga ke-8 Masehi, menjadikannya salah satu candi tertua di Pulau Jawa.


Artinya, Candi Bojongmenje lahir jauh sebelum banyak candi megah di Jawa Tengah dan Jawa Timur dibangun. Usianya bahkan bisa disejajarkan dengan Candi Dieng yang juga berasal dari masa-masa awal masuknya pengaruh Hindu ke Nusantara.


Jejak Hindu-Syiwa di Tanah Sunda

Ditemukannya lingga-yoni dan fragmen arca Nandi di lokasi memperkuat dugaan bahwa candi ini berlatar belakang Hindu-Syiwa. Menariknya, hal ini juga menghubungkannya secara spiritual dan kultural dengan Candi Cangkuang di Garut, yang notabene merupakan satu-satunya candi Hindu di Jawa Barat yang masih berdiri utuh hingga kini.


Tak hanya struktur bangunan yang ditemukan, situs ini juga mengungkap keberadaan artefak lainnya seperti fragmen tembikar dan alat serpih dari batu obsidian. Benda-benda tersebut mengindikasikan bahwa kawasan Bojongmenje telah dihuni jauh sebelum masa klasik Hindu—kemungkinan besar sejak zaman prasejarah.


Berlokasi sekitar 24 kilometer dari pusat Kota Bandung, situs Candi Bojongmenje terletak strategis di jalur utama yang menghubungkan Bandung dengan Tasikmalaya, Garut, dan Ciamis. Para arkeolog meyakini bahwa Candi Bojongmenje tidak berdiri sendiri. Ada kemungkinan besar bahwa di sekitarnya terdapat lebih banyak peninggalan kuno yang belum terungkap.


Dengan kata lain, Bojongmenje bisa menjadi pintu gerbang menuju pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah awal penyebaran agama Hindu di Jawa Barat. Sayangnya, hingga kini situs ini masih dalam proses konservasi, dan belum sepenuhnya dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah yang layak.


Candi Bojongmenje bukan sekadar tumpukan batu tua. Ia adalah jendela masa lalu, pembawa pesan tentang keyakinan, budaya, dan kehidupan masyarakat Sunda kuno. Menggali dan melestarikannya berarti bukan hanya menjaga situs fisik, tetapi juga merawat identitas sejarah yang memperkaya narasi budaya bangsa.


Di tengah derasnya arus modernisasi, semoga Candi Bojongmenje tak dilupakan, tetapi justru dijadikan mercusuar untuk mengenal siapa kita, dan dari mana kita berasal.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)