Tradisi Sapu Koin di Indramayu: Sejarah, Mitos, dan Kontroversi

Jabar Tourism
2 minute read
0

Tradisi Sapu Koin Indramayu (sumber : Facebook/Netizen Up)

Indramayu, sebuah kabupaten di Jawa Barat, memiliki tradisi unik yang menjadi sorotan setiap musim mudik Lebaran. Tradisi ini dikenal dengan nama "sapu koin" dan telah berlangsung secara turun-temurun. Meski sudah lama eksis, belakangan fenomena ini kembali viral di media sosial, terutama di TikTok, sehingga menarik perhatian publik.

Viralnya tradisi sapu koin bermula dari berbagai unggahan video yang memperlihatkan warga Indramayu berjajar di sepanjang Jalur Pantura, khususnya di sekitar Jembatan Sewo, Kecamatan Sukra. Mereka membawa sapu dan ember, mengumpulkan koin yang berserakan di jalanan.


Salah satu video bahkan mengandung teka-teki yang mengundang interaksi dari warganet. "Kalau ada penyapu koin, udah ada di mana, ges?" demikian bunyi keterangan dalam video tersebut. Tanpa berpikir panjang, banyak warganet langsung mengaitkannya dengan Indramayu.


Namun, tak semua orang menyambut tradisi ini dengan antusiasme. Beberapa warganet mengungkapkan rasa malu terhadap kebiasaan tersebut. Ada pula yang menyoroti dampak negatifnya, seperti potensi bahaya bagi pengendara yang melintas.


"Gue orang Indramayunya aja malu," komentar seorang warganet. "Tradisi yang nyusahin, pas tahun baru sempat oleng gara-gara sapunya tiba-tiba ke tengah," keluh pengguna media sosial lainnya.


Sejarah dan Mitos di Balik Sapu Koin

Warga di sekitar Jembatan Sewo (sumber: Facebook/Netizen Up)

Di balik kontroversinya, tradisi ini memiliki akar sejarah dan mitos yang cukup kuat. Koin-koin yang disapu oleh warga sebenarnya dilemparkan oleh pengendara yang melintasi Jembatan Sewo. Kepercayaan lokal menyebutkan bahwa siapa pun yang melemparkan koin di sana akan mendapatkan keberuntungan, terutama jika koin tersebut jatuh ke sungai dan terbawa arus.


Mitos ini semakin diperkuat oleh cerita rakyat tentang Saedah dan Saeni, dua sosok yang dikisahkan sebagai pengemis kakak beradik. Legenda setempat menyebutkan bahwa keduanya berubah menjadi buaya dan berkeliaran di perairan sekitar jembatan. Masyarakat percaya bahwa melemparkan koin dapat membawa keberuntungan sekaligus sebagai bentuk penghormatan terhadap kisah mistis ini.


Berburu Koin, Ladang Rezeki di Musim Mudik

Tradisi sapu koin bukan sekadar ritual budaya, tetapi juga menjadi sumber pendapatan bagi sebagian warga. Mereka yang terampil menyapu koin bisa mengumpulkan hingga Rp500 ribu per hari, terutama saat puncak arus mudik. Para penyapu koin biasanya menggunakan sapu khusus yang bisa dibeli dengan harga sekitar Rp10 ribu per buah.


Dengan meningkatnya jumlah pemudik, koin yang dilempar juga semakin banyak, menjadikan tradisi ini sebagai ladang rezeki bagi sebagian orang.


Terlepas dari nilai sejarah dan mitosnya, tradisi ini tetap menuai pro dan kontra. Dari segi ekonomi, tradisi ini memberikan keuntungan bagi penyapu koin. Namun, dari segi keselamatan, keberadaan mereka di bahu jalan kerap membahayakan pengendara. Tak jarang terjadi insiden di mana sapu yang digunakan oleh warga mengenai kendaraan yang melintas.


Meskipun begitu, tradisi ini masih terus berlangsung dan menjadi bagian dari warna budaya Indramayu setiap musim mudik. Dengan meningkatnya perhatian publik terhadap fenomena ini, mungkin akan muncul solusi agar tradisi sapu koin tetap lestari tanpa membahayakan siapa pun

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)